MATA LELAKI - Kelainan seksual atau parafilia adalah suatu kondisi di mana seseorang mengalami dorongan seksual, fantasi, atau perilaku yang tidak biasa, sehingga menyimpang dari norma seksual umum dan dapat menyebabkan penderitaan pribadi atau risiko pada orang lain.
Source: pexels.com
Apa itu Kelainan Seksual?
Dalam psikologi dan psikiatri, kelainan seksual dikenal sebagai bagian dari gangguan parafilia yang tercantum dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5). Kondisi tersebut memiliki ciri-ciri antara lain sebagai berikut:
- Hasrat seksual terhadap objek, aktivitas, atau situasi yang tidak lazim.
- Perilaku tersebut menetap minimal 6 bulan.
- Menyebabkan gangguan dalam kehidupan pribadi, sosial, atau pekerjaan.
- Dalam beberapa kasus, melibatkan individu yang tidak menyetujui (seperti anak-anak atau orang yang tidak sadar).
Jenis-Jenis Kelainan Seksual
Terdapat banyak jenis-jenis dari kelainan seksual, namun yang paling umum ditemukan seperti:
1. Ekshibisionisme
Dorongan untuk menunjukkan alat kelamin kepada orang asing tanpa persetujuan mereka.
2. Voyeurisme
Dorongan untuk mengintip orang lain yang sedang telanjang atau berhubungan seks, tanpa diketahui target.
3. Fetishisme
Ketertarikan seksual yang berlebihan pada benda mati atau bagian tubuh non-genital (seperti kaki, sepatu, pakaian dalam).
4. Transvestisme Fetishistik
Hasrat seksual dengan memakai pakaian lawan jenis, bukan karena identitas gender.
5. Pedofilia
Ketertarikan seksual terhadap anak-anak yang belum puber (biasanya di bawah usia 13 tahun). Ini adalah kondisi serius dan termasuk dalam tindakan kriminal di hampir semua yurisdiksi.
6. Sadomasokisme
Mencari kepuasan seksual dengan menyakiti (sadisme) atau disakiti (masokisme), secara fisik atau psikologis. Jika dilakukan atas dasar suka sama suka (konsensual), tidak selalu dianggap gangguan.
7. Frotteurisme
Kecenderungan seksual dengan menyentuh atau menggesekkan alat kelamin kepada orang asing tanpa izin, biasanya di tempat umum.
Source: pexels.com
Penyebab Kelainan Seksual
Penyebab pasti pada kondisi ini tidak selalu jelas, akan tetapi ada beberapa faktor yang dapat berperan :
- Faktor biologis: ketidakseimbangan hormon, kerusakan otak (terutama area frontal).
- Faktor psikologis: trauma masa kecil, pengasuhan yang buruk, kekerasan seksual.
- Faktor sosial: isolasi sosial, kesepian, dan kurangnya hubungan interpersonal sehat.
- Kondisi kejiwaan lain: beberapa parafilia berkaitan dengan gangguan obsesif-kompulsif atau gangguan kepribadian.
Cara Mengatasi Kelainan Seksual
Mengatasi gangguan parafilia membutuhkan pendekatan multidisipliner, tergantung pada jenis, tingkat keparahan, dan apakah perilaku itu membahayakan orang lain.
1. Terapi Perilaku Kognitif
Terapi ini membantu mengenali pola pikir menyimpang, mengubah perilaku bermasalah, dan melatih kontrol diri. Adapun terapi ini digunakan untuk:
- Mengurangi hasrat seksual menyimpang.
- Mengidentifikasi pemicu.
- Meningkatkan kemampuan relasi sosial.
2. Farmakoterapi (Pengobatan)
Digunakan untuk menurunkan dorongan seksual ekstrem, seperti:
- Antiandrogen (misalnya medroxyprogesterone acetate) untuk menekan kadar testosteron.
- Selective Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRI) untuk mengurangi obsesi atau dorongan impulsif.
3. Terapi Keluarga dan Sosial
Adanya support system penting untuk membantu pemulihan. Keluarga dapat membantu menciptakan lingkungan yang sehat dan mencegah kekambuhan.
4. Pendekatan Hukum dan Rehabilitasi
Untuk kasus berat seperti pedofilia, pelaku perlu ditangani lewat sistem hukum dan rehabilitasi khusus. Di beberapa negara, program rehabilitasi perilaku seksual menyimpang dilakukan di lembaga pemasyarakatan.
Source: pexels.com
Apakah Bisa Sembuh?
Meski tidak semua dapat "sembuh" total, tetapi beberapa jenis parafilia dapat dikelola atau dikontrol. Faktor kunci keberhasilannya meliputi:
- Kesadaran dan motivasi pasien untuk berubah.
- Dukungan profesional dan keluarga.
- Konsistensi terapi dalam jangka panjang.
Kelainan seksual merupakan kondisi medis dan psikologis yang serius jika menimbulkan penderitaan atau merugikan orang lain. Penanganan yang tepat baik melalui terapi, pengobatan, atau dukungan sosial sangat penting untuk menghindari konsekuensi hukum maupun psikologis yang lebih berat.